SELAMAT DATANG. . . . . . . . .

SALAM KENAL. . . . . . . . .

Cari Blog Ini

Pengikut

Mengenai Saya

Anjir City, Kalimantan Selatan, Indonesia
Jumat, 26 Februari 2010

SENI SASTRA

Seni Sastra
Sastra tradisi di sebut juga sastra lisan. sastra lisan dalam bentuk teater tutur banjar, termasuk kesenian yang cukup di gemari oleh masyarakat untuk lebih mengenal sastra tradisi atau lisan banjar ada beberapa sastra tradisi yang kita kenal yaitu :

1. Bapandung
Pandung artinya meniru tingkah laku. Seni Bapandung ini muncul di Margasari, Kabupaten Tapin. Di perkirakan muncul abad ke 19 untuk menghibur masyarakat agraris. Bapandung adalah berkisah, sama dengan maandi-andi di sawah, tetapi tukang Pandung lebih dinamis,karena ia bercerita sambil meragakan apa dan bagaimana tokoh berakting. Secara penyajian, Bapandung adalah monolog tradisi.

2. Madihin
Madihin merupakan pergelaran sastra. Rangkaian syair-syair dan pantung yang menjadi bahan komunikasi dan informasi. Perkataan Madihi berasal dari kata “Madah” Madah artinya berkata-kat. Dari kata tersebut, jelaslah Madihin adalah karya seni budaya Islam dan terpengaruh kasidah Arabi, namun telah tercipta dengan bahasa Banjar. Menurut Seniman Banjar Amir Hasan bondan, seni Madihin sudah ada ketika pemerintahan Penambahan Sultan Adam di Kerajaan Banjar.

3. Basyasyairan
Seni Basyasyairan adalah pengaruh kasidah Arabi. Fungsi Basyasyairan adalah “Bajagaan” (Betunggu) pengantin lajang. Setiap ada malam pengantin lajang, kelompok pemuda dan pemudi berkumpul membaca syair bergantian di rumah pengantin wanita. Syair-syair tersebut sudah berbentuk buku yang berasal dari Sumatera dan Melayu misalnya, Syair Siti Zubaidah, Abdul Muluk, Syair Si Miskin, Syair Brahma Syahdan, dan lain-lain. Syair-syair ini menumbuhkan karya syair dari warga Banjar dengan Bahasa Banjar misalnya Syair Karuang, Syair Kiamat, Syair Carang Kulina dan lain sebagainya.

4. Bapapantunan
Unsur Melayu yang dianut pantun Banjar ternyata bentuk yang bervariasif. Anak-anak bapapantunan, orang desa “Batawak Pantun” (lempar melempat Pantun) dan orang tua bapantunan dalam acara tertentu.

5. Carita Rakyat
Sastar lisan berupa Cerita Rakyat hidup dari mulut ke mulut. Umumnya Cerita Rakyat ini muncul dipedesaan agraris. Ada beberapa buah cerita rakyat seperti : Intingan dan Dayuhan, Sangiang gantung, Ular Dandang, Batu Balah Batu Bangkup, Kisah Batu Banawa, dan lain sebagainya.
Label: Seni Sastra | 0 komentar
01:44 | Diposkan oleh Ihsan & irian | Edit Entri

SENI MUSIK

A. Musik Tradisional

1. Musik Gamelan Banjar
Musik gamelan Banjar ini sebagai musik pengiring tari klasik Banjar yang terdiri dari Babun (gendang), Sarun satu, Sarun dua, Dawu, Kenung, Gung satu, Gung dua dan Kangsi. Selain mengiringi tari klasik banjar, berfungsi juga untuk mengiringi pergelaran Wayang Kulit Banjar, Wayang Gung, Kuda Gipang Carita, Teater Tantayungan dan Basisingaan. Ada kurang lebih 40 lagu gamelan Banjar dapat dimainkan. Misalnya lagu Paparangan, lagu Ayakan, lagu Katawang, wani-Wani dan lain sebagainya.




2. Musik Panting
Musik Panting berasal dari bahasa Banjar yaitu mamanting atau memetik. Karena musik ini dibunyikan dengan cara dipetik. Dahulu Musik Panting ini digunakan untuk mengiringi teater tutur seperti Baandi-andi atau bercerita, yang dimaikan secara tunggal oleh oarng yang bercerita tersebut.
Dalam perkembangannya usik Panting ini dapat pula mengiringi tari-tarian, seperti tari Japin atau tari rakyat lainnya, akhirnya musik Panting ini menjadi Orkes rakyat yang dapat dimainkan secara intrumental maupun mengiringi lagu-lagu daerah Kalimantan Selatan, dan dimasa kini musik Panting digunakan untuk acar perkawinan, hari-hari besar dan menyambut tamu

3. Musik Hilai / Kungkurung
Musik ini terdiri dari 7 batang bambu yang dibuat sedemikian rupa memenjang tinggi menjulang dari dibawah dasar bamboo dibuat alat agar berbunyi. Cara memainkan dihentakkan ketanah atau ada alas keras agar menimbulkan bunyi dan dimainkan oleh 7 orang pemusik.

4. Musik Kintung
Musik Kintung terdiri dari 5 bambu (Bahasa Banjar Paring, Buluh, Bumbung) yang dipotong pendek dandibelah setengah yang menghasilkan / mengeluarkan 5 nada dasar.

5. Musik Bumbung ( Bambu )
Musik bumbung berawal dari “ Bumbung Lamang” ( Beras ketan yang di baker dalam bambu ) yang kemudian di modifikasi di atonik, terdiri dari 7 nada dasar. Populasinya berada di desa barikin, kabupaten Hulu Sungai tengah.

6. Musik suling Bambu
Musik suling ini dimainkan secara improvisasi, terdiri dari piston 2 buah dan pengiring 9 buah suling dan di tambah dengan gendang, tambur, tok-tok dan pengiring lainnya. Musik ini berkembang didesa Batu Mandi kabupaten Balangan.

7. Musik Bamban
Musik bamban disebut karena musik ini lahir didesa bamban, kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kandangan. Sesungguhnya musik ini di sebut musik tambur garanci yaitu musik tiup (Dianotas) yang serupa dengan musik tanjidor (Betawi) berfungsi untuk mengarak pengantin, dan hiburan.

Miring
B.Musik Tunggal

1. Musik Kiriding
Musik kiriding adalah alat musik yang terbuat dari bamboo. Nama Kuriding diberikan oleh penduduk Hulu sungai tengah dan desa harakit kabupaten tapin. Lain lagi dengan penduduk kelurahan ulu Benteng kecamatan bakumpai kabupaten barito kuala menyebutnya guriding.
Alat musik kuriding atau guriding ini adalah alat musik mulut, bahannya dari bamboo, alatnya di tempatkan pada mulut dengan cara seperti aturannya, untuk membunyikan kuriding harus menarik tali tatarikan yang dipegang dengan tangan kanan dan teratur serta ada sentakan, sehingga menggertakan alat getar Kuriding tersebut.

2. musik kalngkupan/salung bamboo
Musik ini dibuat dari bamboo kecil tipis yang separohnya dipangkas memanjang agak meruncing disebut “Paring Tamiang” bentuknya seperti angklung.
Bamboo atau paring ini terdiri dari 5 potongan dan setiap potongan panjangnnya berbeda-beda. Potongan-potongan bamboo itu dirakit dengan tali rotan, sehingga merupakan satu rangkaian tangga nada yang siap dimainkan.

3. Musik sarunai
Musik ini tergolong aerofon atau alat musik tiuo, perkataan Sarunai atau serunai, yang di ambil dari kata surnai bahsa Persia. Surna dalam bahsa arab dan sahnaidari bahsa India. Musik ini terbuat dari Bambu atau kayu seperti suling terompet namun pendek, terdiri empat bagian yaitu mulut, sekat bibir, badan (batang) dan corong yang satu sama lainnya bisa dilepas dan dipasang kembali. Serunai berfungsi sebagai alat musik

SENI RUPA

1. Seni Bangunan
Rumah diam adat Banjar ditemukan izinnya bertahun 1871 sebagai rumah yang tertua dan diketahui taun berdirinya, terdapat di kota Banjarmasin. Pembangunannya didapat dari pemerintah Hindia Belanda dan tipeny ajenis rumah bubungan tinggi. Tahun 1885 diberitakan Sultan Adam memerintahkan memasang ukiran pada rumah banjar di dalam keraton Banjar. Bangunan Mesjid Jami di desa Wasah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, kandangan yang dibangun tahun 1908, pada puncak mesjid diberi tatah ukiran bergaya klasik dan mimbarnya bertatahkan motif-motif gaya lama. Jelaslah bahwa pengaruh gaya klasik bangunan di keraton banjar Martapura saat itu sampai juga kepelosok Kalimantan Selatan.

2. Seni Ukir
Motif-motif ukiran yang dihasilkan zaman Hindu Buddha nampak masih dipelihara, karena dianggap pusaka yang tidak bertentangan dengan aqidah Islam. Nampak sekali kehadiran karya ukir Islam berupa kalimat Syahadat di atas pintu rumah Banjar dan berhiaskan motif tanaman merambat.

3. Seni Lukis
Seni lukis muncul pada pembuatan paying buur-ubur yang dihias oleh stilisasi relief biji-biji tasbih dan arguci yang diperkirakan tahun 1856, bahkan stempel kerajaan Banjar dilukis dengan gaya Arabi. Selanjutnya muncul lukisan di atas kaca berupa kaligrafi yang hingga sekarang maish berkembang di Kalimantan Selatan.

4. Seni Anyaman
Di Kalimantan SElatan pengaruh agama Islam sangat kuat mewarnai perkembangan seni rupa. Seni kerajinan dari rotan berupa tas pakaian , topi, dan tas tangan. Pembuatan kursi tamu bermacam ragam diberi anyaman rotan halus. Anyaman bermula dari desa Margasari, Kabupaten Tapin yang di bawa oleh pedagang dari luar.

5. Sasirangan
Suku Banjar di Kalsel memiliki kain khas yang dipakai dengan nama Sasirangan. Kain ini umunya digunakan sebagai kain adat yang biasa digunakan pada acara-acara adat suku Banjar dan sekarang juga dikalangan anak sekolah dan guru sebagai seragam.
Kata sasirangan berasal dari kata menyirang yang berarti menjelujur, karena dikerjakan dengan cara menjelujur kemudian diikat dengan tali raffia dan selanjutnya dicelup, hingga kini sasirangan masih dibuat secara manual.